DUNIA HAYALAN TAMPA BATAS

BERFIKIR DAN BERJLANA DENGAN SEIRING WAKTU UNTUK HIDUP YANG LEBIH BAIK LAGI. BELAJAR

Kamis, 04 Juli 2013

Calon Dokter Ini Ngaku Sembuhkan Sakit Usus dengan Rokok

Calon Dokter Ini Ngaku Sembuhkan Sakit Usus dengan Rokok


 
Stephen Pendry (dok: Dailymail)
Jakarta, Jika seseorang mengeluh ususnya sakit biasanya dokter akan mengatasinya dengan memberikan rekomendasi obat tertentu atau operasi.

Tapi seorang mahasiswa kedokteran asal Inggris mengaku berhasil menyembuhkan penyakit usus yang dideritanya dengan cara merokok.

Stephen Pendry (23) harus berjuang mengatasi nyeri yang luar biasa, termasuk kelelahan, sesak nafas dan dehidrasi hingga harus bolak-balik ke toilet lebih dari 15 kali dalam sehari sejak didiagnosis dengan salah satu penyakit usus yaitu ulcerative colitis pada bulan Februari 2008.

Awalnya Pendry terpaksa putus kuliah karena harus berkali-kali check-up ke rumah sakit.

"Saking parahnya saya harus ditandu untuk sampai di rumah sakit dan sempat diopname selama tiga hari. Saya tampak pucat dan sangat kekurangan darah," ungkapnya.

Tapi karena kepandaiannya, Pendy akhirnya dapat kembali ke bangku kuliah dan mengambil jurusan farmakologi di Bristol University sembari terus berjuang menghadapi gejala-gejala colitis yang dialaminya.

Keajaiban terjadi pada bulan April 2012 ketika Pendry membaca sebuah studi tentang ulcerative colitis dimana separuh partisipan yang menjalani percobaan dinyatakan sembuh total setelah menggunakan koyo nikotin.

Pria muda dari Croydon, selatan London ini pun menentang rekomendasi dokter untuk menjalani operasi invasif dengan menunjukkan studi yang menunjukkan bahwa sejumlah pasien ulcerative colitis mengalami pemulihan pasca diberi nikotin itu dan mulai merokok.

Keputusan untuk merokok ini 'terpaksa' diambil oleh Pendry karena obat-obatan yang diresepkan dokter untuknya memberikan efek samping yang tak tertahankan.

"Saya mengalami sakit kepala hebat akibat obat yang saya minum. Lalu saya mengetahui bahwa ternyata merokok adalah metode yang cukup sering direkomendasikan di Amerika dan saya pun memutuskan untuk mencobanya," terangnya.

Di luar dugaan, Pendry sembuh total hanya dalam seminggu mengonsumsi rokok.

"Merokok itu opsi terakhir saya karena saya benar-benar tak mau memakai kantung kolostomi pada usia 23 tahun. Colitis membuat saya tak bisa melakukan apa-apa. Tapi berkat merokok, saya tak lagi merasakan gejala apapun. Saya tahu tentulah kontroversial jika saya mengatakan bahwa merokok dapat memberikan efek positif tapi nyatanya dokter tak selalu tahu apa yang terbaik untuk pasiennya," tukasnya.

"Bagi saya rokok memiliki efek yang lebih baik daripada koyo nikotin. Lagipula koyo itu tak selalu tersedia di NHS, harganya juga terlalu mahal bagi saya," katanya.

"Saya hanya merokok empat kali sehari sehingga saya dapat menghabiskan satu pak rokok dalam beberapa hari, artinya metode ini terbilang lebih murah. Saya pun terbantu karena sebagai mahasiswa yang tinggal di kontrakan berbagi rokok dengan teman-teman adalah hal biasa," tandasnya seperti dilansir dari dailymail, Kamis (13/9/2012).

Menanggapi hal ini, Dr. Sean Kelly, Consultant Gastroenterologist dari York Hospital yang melaporkan kasus ini dalam jurnal British Medical Journal menyatakan, "Merokok memang dapat melindungi pasien melawan ulcerative colitis. Tapi kita jarang menggunakan tembakau sebagai terapi medis konvensional."

"Kami sering mendapati mantan perokok yang mulai merokok lagi dalam jangka pendek untuk mengatasi colitis-nya lalu mengonsumsi obat-obatan seperti azathioprine agar gejalanya tak kambuh lagi setelah mereka berhenti merokok sepenuhnya. Cara ini terbukti berhasil pada 2-3 kasus yang saya tangani sendiri," tambahnya.

Menurut Dr. Kelly, ulcerative colitis seringkali ditemukan pada pasien yang baru saja berhenti merokok.

"Kemungkinannya tiga kali lebih besar bagi orang yang baru berhenti merokok tapi kami tak tahu sebabnya. Sebenarnya sekitar 20 tahun yang lalu ada banyak studi yang mempelajari penggunaan koyo nikotin untuk mengobati ulcerative colitis tapi penelitiannya tak berjalan efektif," pungkasnya.

Kendati begitu, Martin Dockrell, Director of Research and Policy dari yayasan Action on Smoking and Health mengungkapkan manfaatnya bukan berasal dari rokok tapi dari nikotinnya. Padahal ada beberapa cara lain yang lebih aman untuk mendapatkan nikotin, entah itu dengan koyo atau terapi penggantian nikotin (nicotine replacement therapy).

"Yang terpenting pasien harus berkonsultasi dengan dokter tentang manfaat penggunaan nikotin. Jadi penderita tak perlu mencoba untuk merokok karena itu tentu sangatlah berbahaya," tutupnya.

0 komentar:

Posting Komentar